Ketik “Youtube” Usai Perkara?

Dopamine Detox
3 min readFeb 7, 2021

Ditulis oleh: Dzaki Alfarid

sumber: unsplash.com

Perkembangan stasiun televisi kian hari makin redup, jika melihat tapak tilas dari tayangannya bisa kita sadari bahwa acara yang dibawakan berbasis pada tayangan di YouTube, apakah itu ON The Spot(Trasn 7), Hot spot(Global TV), Spot Lite(Trans 7), dan lain sejenisnya. Menurut beberapa orang tayangan jenis ini menarik untuk disaksikan, karena di sana kita akan menemukan “7 Tempat Paling Misterius Di Indonesia”, “7 Makanan Yang Patut Di Coba Saat Berkunjung Di Indonesia”, “7 Tempat Wisata Yang Patut dikunjungi”, dan yang lainnya.

Benar, dengan menampilkan aneka “paling” itu bisa menarik perhatian orang, dan memang sangat menarik. Walaupun perkara disini ada dua: pertama, siapa yang berani menyebutkan bahwa 7 fenomena yang “paling” itu merupakan hal yang tidak pasti? kedua, menurut saya yang jauh penting, apakah televisi di negara kita sangat menghargai hak cipta dari para pihak yang memiliki videonya dipinjam lewat YouTube tersebut?

Pertanyaan dari kedua hal ini menarik untuk di cek. Jika saja kita membuka Wikipedia dan menulis kata “Youtube” di dalamnya, maka kita akan menemukan sejarah dari situs yang membagikan video amatir dan profesional ini. Didirikan pada 14 Februari 2005, pendiri YouTube adalah Steve Chen, Chad Hurley, Jawed Karim, dan trio ini adalah mantan pegawai dari Paypall, dimana kemudian mendirikan situs untuk berbagi video. Karena ketenarannya, sejak November 2006 situs ini dibeli oleh Google.

Lebih jauh menyelam ke dalam topik mengenai keterangan tentang YouTube, kita akan melihat porsi dimana YouTube punya kebijakan perihal hak cipta (copyright). Terkait hal ini Youtube menyebutkan bahwa “Jangan mengunggah berbagai acara televisi, video musik, atau pun iklan tanpa persetujuan, kecuali jika video mengandung isi yang seluruhnya adalah hasil karya anda”. Ini perumusan sederhana mengenai hak cipta untuk tidak menyebabkan perselisihan di masa mendatang menyangkut konten yang bukan milik orang lain.

Prinsip yang sama sebetulnya dapat berlaku pada tayangan televisi yang notabenenya berbasis pada Youtube. YouTube pada dasarnya saluran yang menampilkan kumpulan video yang jumlahnya miliaran, untuk kemudian dikonsumsi dan dibagikan (secara gratis) kepada pihak yang menyukainya. Tapi dari apa yang kita saksikan adalah tayangan ini seolah-olah bertumpuan pada YouTube, dan Youtube adalah pemilik hak cipta atas seluruh konten(video) yang ada di dalamnya.

Sungguh kesalahan besar. Sungguh tak lazim.

Video yang diupload ke Youtube berasal dari karya pribadi ke pribadi yang sangat bervariasi, dan tidak dipungkiri video-video ini dengan gampang diambil dan dipajang dalam aneka tayangan televisi, setelah dicap dengan label “Sumber: Youtube”. Esensi dari hak cipta ada dua hal: hak moral dan hal ekonomi. Hak moral merupakan atribusi atau pengakuan atas karya seseorang, sementara hak ekonomi merujuk pada kompensasi yang didapat seseorang atas hasil kerja kreatifnya tersebut. Pertanyaannya, Apakah televisi menghargai sebuah karya pribadi dari para penggiat kontenten(baik amatir maupun profesional) tersebut dengan menyebut pencipta karya(video) itu sesungguhnya? Dan apakah pula televisi sudah memberi kompensasi hak ekonomi dari para kreator itu?

Tentu saja tidak.

Menempelkan stiker “Youtube” dikatakan sudah selesai perkara. Padahal, mungkin jutaan karya hingga miliaran karya telah di download untuk keperluan paket-paket acara di televisi itu. Seorang produser senior di sebuah televisi pernah menulis bahwa membuat program seperti ini sangat mudah, karena diperlu membuat proses pra-produksi dan produksinya. Cukup kumpulkan video dari Youtube seperlunya, jadilah materi yang siap untuk disajikan(ditambah sisipan iklan-iklan sepanjang acara). Upss, apakah ini yang disebut tindakan mencuri? Silahkan kalian simpulkan sendiri. Hal ini membuat saya bertanya, benarkah ada ijin khusus dari Youtube kalau hal itu diklaim sebagai “Courtesy of YouTube” tersebut? Apa ada buktinya? Saya takut kalau perkara ini merupakan prespektif sederhana: cari gambar yang simpel dan gratis, serta mencari penghasilan dari iklan. Kalau seperti yang terakhir ini terjadi, ya mohon maap kalau saya harus bilang ibarat barang curian terus diperjual belikan kembali.

Mari hormati karya intelektual orang lain dengan lebih memadai.

--

--

Dopamine Detox

Hi, friends! Dopamine Detox is a media that presents the articles that we make. We are beginners and still learning, support us by seeing our work on Medium.